04 Maret 2011

Bismillah

Salah satu luaran yang diharapkan oleh seorang mahasiswa farmasi adalah mampu menganalisis bahan baku farmasi, makanan, dan bentuk sediaan obat-obatan. Berikut adalah beberapa metode analisis berdasarkan ilmu biokimia mengenai asam amino,dan protein .


Percobaan asam amino dan protein
            1. Test Millon
Reaksi ini disebabkan oleh derivat-derivat monofenol seperti tirosin. Pereaksi yang digunakan adalah larutan ion merkuri/merkuro dalam asam nitrat/nitrit. Warna merah yang terbentuk mungkin disebabkan oleh garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.
Metode :
Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 3 ml albumin, kasein, fenol 2% dan putih telur. Panaskan campuran dengan hati-hati. Warna merah menyatakan hasil positif, jika reagen yang digunakan terlalu banyak maka warna akan hilang dengan pemanasan.
 
Larutan Uji
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
Hasil Uji
Albumin
Ada yang menggumpal
Gumpalan merah
+
Kasein
Ada endapan
Gumpalan merah
+
Fenol 2%
Bening
Merah
+
Putih Telur
Ada yang menggumpal
Gumpalan merah
+

Gambar 1. Test Millon (Kasein-Putih telur-Fenol 2%-Albumin)


Baik Albumin, kasein, fenol 2 %, maupun putih telur memberikan hasil (+) terhadap test Millon. Hal ini dikarenakan pada Albumin, Kasein, fenol 2% dan putih telur mengandung derivat monofenol.
Reaksi ini didasari bahwa bila suatu protein ditambahkan garam merkuri, maka akan terjadi koagulasi. Protein dapat terkoagulasi karena protein mengalami destruksi bentuk tiga dimensi dari rantai polipeptida yang ikatannya akan pecah tanpa mengakibatkan pemecahan ikatan kovalen dari ikatan peptidanya.

Teknologi Pembuatan Antibodi Monoklonal

Bismillah
 Sebelum ditemukannya teknologi antibodi monoklonal, antibodi dahulunya diperoleh dengan cara konvensional yakni mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan mengisolasi antibodi dalam serum sehingga menghasilkan antibodi poliklonal. Apabila dibutuhkan antibodi dalam jumlah besar maka binatang percobaan yang dibutuhkan juga sangat besar jumlahnya. Selain itu bila diproduksi dalam jumlah besar antibodi poliklonal jumlah antibodi spesifik yang diproduksi juga sangat sedikit, sangat heterogen dan sangat sulit menghilangkan antibodi lain yang tidak diinginkan (Radji M. 2010), Maka dari itu dilakukan serangkaian penelitian untuk membuat antibodi spesifik secara in vitro, sehingga dapat diproduksi antibodi spesifik dalam jumlah besar, dan tidak terkontaminasi dengan antibodi lainnya.
Tahun 1975, Georges Köhler, César Milstein, and Niels Kaj Jerne menemukan cara baru dalam membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel limfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus menerus. Antibodi yang homogen dan spesifik ini disebut antibodi monoklonal. Berkat temuan antibodi monoklonal Georges Köhler, César Milstein, and Niels Kaj Jerne mendapatkan hadiah nobel di bidang fisiologi dan kedokteran pada tahun 1985. Berikut Bagan Pembuatannya:

 
1.      Imunisasi mencit
            Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri virus, disuntikkan secara subkutan pada beberapa tempat atau secara intra peritoneal. Setelah 23 minggu disusul suntikan antigen secara intravena sekali atau beberapa kali suntikan. Mencit dengan tanggap kebal terbaik dipilih; 12 hari setelah suntikan terakhir, antibodi yang terbentuk pada mencit diperiksa dan diukur titer antibodinya, mencit dimatikan dan limpanya diambil secara aseptis, kemudian dibuat suspensi sel limpa untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi. Cara ini dianggap cukup baik dan banyak dipakai, walaupun kadangkala dipengaruhi oleh sifat antigen atau respon imun binatang yang berbeda-beda.

07 Oktober 2010

Kenapa obat ada yang 4x, 3x, 2 x, sehari?

Bismillah

Kenapa sih obat ada yang 4x, 3x, 2x atau berapa kali sehari? kenapa sehari satu kali aja? kalau lupa minum obat boleh ga didouble? terus 3x sehari itu waktu minumnya terserah atau ada aturannya?

Petanyaan-pertanyaan di atas acapkali muncul ketika pasien menerima obat, dan saat itulah seorang farmasis berkewajiban menjelaskan.

Obat memiliki rejimen dosis, yaitu besarnya dosis dan frekuensi pemberian per harinya, misalnya dosisi rejimen parasetamol sebanyak 500mg per hari (Farmakope III). Tujuan dari dosis rejimen ini untuk memberikan efek terapi yang maksimal, nyaman, dan ekonomis. Obat memiliki dosis maksimal dan dosis minimum, misalnya Codein memberikan efek terapi dengan dosis 5 mg per hari, bila diberikan 1 mg.hari tidak memberikan efek terapi, namun bila melebihi dosis dapat bersifat toksik.

Kenapa sih obat ada yang 4x, 3x, 2x atau berapa kali sehari?
Tiap obat yang kita kosumsi akan terditribusi ke dalam jaringan-jaringan sesuai reseptor yang dituju oleh obat, saat terdistribusi hingga menghasilkan efek terapi tiap obat berbeda-beda tergantung tubuh pasien dan formulasi obat. Setelah obat memberikan efek terapi kadarnya akan berkurang tiap jamnya, maka dari itu harus diberi dosis ulang sebelum menyentuh kadar minimum. Frekuensi pemberian obat ditentukan oleh waktu pengurangan obat tersebut yang biasa disebut waktu paruh.


Kalau lupa minum obat boleh ga didouble? terus 3x sehari itu waktu minumnya terserah atau ada aturannya?
3x sehari berarti pasien harus meminum obat tiap 24/3 = 8 jam sekali. Bila kelupaan/ puasa obat tidak boleh didouble karena dikhawatirkan bisa melebihi dosis maksimum.

Sekian  untuk kali ini, tunggu posting selanjutnya

21 Juli 2010

Pertolongan Pertama pada Luka Bakar

Luka Bakar, siram dengan air dingin
Terinspirasi dari banyaknya korban akibat meledaknya gas elpiji 3 kg baik luka bakar ringan maupun serius, saya menulis artikel ini semoga bisa bermanfaat.

Seringkali terjadi kesalahpamahan pada saat mengobati luka bakar pada masyarakat awam. Seperti pemberian odol yang bukannya menyembuhkan malah memperparah luka, hal tersebut dikarenakan kepercayaan akan mitos-mitos yang belum tentu benar.

Atasi luka bakar dengan segera lewat tips berikut. Anda mengalami luka bakar? Baiknya jangan gegabah mengatasi luka akibat terkena api atau benda panas ini. Cedera pada jaringan kulit ini juga tak bisa dijadikan hal yang sepele. Luka bakar di lapisan permukaan kulit bisa terasa lebih sakit daripada luka bakar dalam.
Pada luka bakar dalam biasanya kulit sudah berubah warna menjadi putih dan bentuknya dan terasa tidak sakit. Sedangkan luka bakar pada permukaan kulit biasanya menyebabkan kulit berwarna kemerahan dan rasanya sakit sekali. Maka yang harus Anda lakukan adalah: