Hanya dengan tatapan mata seseorang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama love at the first sight gitu deh istilahnya..hehehe. Ternyata yang bisa kepicut ama sepasang bola mata ini, bukan hanya dari kaum homo sapiens saja, cacing juga suka (emansipasi cacing dong )Loa-loa salah satu jenis cacing kelas nematoda jaringan yang suka banget nyempil di lapisan konjugtiva mata (itulah lapisan yang being-bening).Infeksi Loa-loa dinamakan Loaiasis, pertama kali terjadi pada tahun 1770 pada seorang wanita negro di Santo Domingo, Hindia Barat. Cacing dewasa Loa loa merupakan nematoda jaringan yang bersifat parasit, sekitar 90% menyerang manusia dan sisanya menyerang kuda nil, binatang pemamah biak yang hidup liar, tikus dan kadal. Walaupun Indonesia bukan daerah endemik (daerah penyebaran) penyakit ini, kita juga perlu memiliki pengetahuan tentang berbagai macam parasit yang bisa menyerang manusia sehingga kita dapat menganalisisnya bila penyakit tersebut suatu saat kita temui, nambah-nambah ilmu deh...
Saat membahas mengenai suatu penyakit kita harus menjelaskan berbagai bidang dari segi taksonominya, vektornya, diagnosis, Obat, dan endemis. (Inget kata bu Amarila..hehe)
Taksonomi Loa-loa
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Famili : Filariidae
Genus : Loa
Spesies : Loa loa
Adapun vektor dari Loa-loa adalah jenis lalat dari genus Tabanus. Ada dua jenis vektor yang menonjol dari genus Chrysops yakni C. silicea dan C. dimidiata. Spesies hanya terdapat di Afrika dan sering dikenal dengan deerflies atau mangroveflies. Chrysops spp merupakan lalat yang berukuran kecil, panjangnya 5-20 mm, dengan ukuran kepala besar dan betuk mulut yang condong ke bawah. Sayapnya polos atau berbintik cokelat. Mereka merupakan penghisap darah dan biasanya hidup di daerah hutan tropis dan habitat berlumpur seperti, rawa-rawa, sungai, dan waduk. Gigitan lalat Chrysops sangat menyakitkan, dan dapat mengakibatkan bekas gigitan yang lebih parah dari gigitan lalat biasa.
Morfologi Loa-loa
Cacing jantan dewasa Loa loa jauh lebih kecil daripada cacing dewasa betina. Panjang cacing dewasa jantan adalah sekitar 30-34 mm dan lebarnya 0,35-0,42 mm. Sementara panjang cacing dewasa betina 40-70 mm dan lebarnya 0,5 mm. Cacing dewasa hidup dalam jaringan bawah kulit manusia, di mana mereka kawin dan menghasilkan telur cacing yang disebut dengan microfilaria. Microfilaria ini memiliki panjang sekitar 250-300μm, lebar sekitar 6-8μm lebar, dan dapat dibedakan morfologisnya dari filaria lain, karena mereka memiliki pelindung tubuh saperti sarung dan tubuhnya berisi inti yang meluas sampai ke ujung ekor.
Siklus Hidup Loa-loa
Patologis dan Komplikasi
Gejalanya khas dengan terbentuknya pembengkakan calabar swelling di sekitar sendi, lengan atas yang dapat menjadi sebesar telur ayam. Pembengkakan sering kali didahului oleh rasa gatal dan sakit yang terlokalisasi. Gejala ini disebabkan reaksi alergi terhadap cacing dewasa yang bermigrasi ke jaringan subkutan; timbul setelah tiga minggu. Pembengkakan akan berakhir dalam beberapa hari atau seminggu dan berkurang secara perlahan-lahan sebagai manifestasi supersensitif hospes terhadap parasit.
Migrasinya ke jaringan subkonjungtiva menyebabkan gejala iritis, mata sembab, saikit, pelupuk mata menjadi bengkak hingga mengganggu penglihatan, tetapi tidak sampai menimbulkan kebutaan. Aktifitas cacing tampak/dapat dilihat di jaringan subkonjungtiva, sedangkan mikrofilarianya tidak menimbulkan dampak yang serius, hanya ditakutkan timbulnya ensefalitis bila cacing masuk ke otak. Ketika cacing dewasa berpindah melintasi jaringan subkutan dan juga hidung, akan menyebabkan rasa sakit, serta mengalamai Eosinofilia.
Eosinofilia adalah gejala lain yang merupakan karakteristik dari Loa-loa. Eosinofilia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel abnormal, parasit, atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).
Jika suatu bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini.Eosinofil kemudian melepaskan bahan racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal. 50-70% eosinofilia acap kali ditemukan pada orang yang terinfeksi Loa-loa, terutama bila terjadi pembengkakan.Indikator lain adalah peningkatan jumlah serum IgE, peningkatan antibodi antifilaria, tetapi orang yang terinfeksi kadang-kadang asimtomatik. Mikrofilaremia tidak selalu muncul.
Komplikasi
Cacing dewasa yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
Daftar obat dan Terapi Untuk Penyakit Filariasis(Filaria Loa/Cacing Loa-Loa)
Daftar Obat:
Diethylcarbamazine (DEC) merupakan obat anthelmintic yang tidak menyerupai senyawa antiparasit lain. Ini adalah senyawa organik sintetis yang sangat spesifik untuk beberapa parasit dan tidak mengandung unsur logam beracun.
Berikut nama dagang dari Diethylkarbamazin:
Hetrazan
Carbilazine
Caricide
Cypip
Ethodryl
Notézine
Spatonin
Filaribits
Banocide Forte
Sistem Kerja dari Diethylkarbamazin:
Diethylkarbamazin akan menurunkan aktivitas otot yang mengakibatkan paralysis lalu mengubah pertahanan microfilaria sehingga mudah dihancurkan
Ivermectin (22,23-dihydroavermectin B1a + 22,23-dihydroavermectin B1b) adalah sebuah spektrum luas antiparasit obat.
Ini dijual di bawah nama merek Stromectol di Amerika Serikat, Mectizan di Kanada oleh Merck dan Ivexterm di Meksiko oleh Valeant Farmasi Internasional.
Sistem kerja dari Ivermektin yaitu mengubah kadar klorida yang menyebar pada tubuh cacing sehingga cacing mengalami paralysis dan mati. Lengkapnya:
Sistem kerja Ivermectin
Ivermectin dan avermectins (insektisida yang paling sering digunakan di rumah-menggunakan umpan semut) adalah macrocyclic lactones berasal dari bakteri Streptomyces avermitilis. Ivermectin membunuh dengan mengganggu sistem saraf dan fungsi otot, khususnya dengan meningkatkan penghambatan neurotransmisi.
Obat mengikat dan mengaktifkan glutamat-gated saluran klorida (GluCls) [9]. Invertebrata-GluCls adalah anggota spesifik Cys keluarga loop terjaga keamanannya ligan-saluran ion hadir dalam neuron dan myocytes.
Struktur dan ciri-ciri Ivermektin:
(Albendazole) (Zentel)
Albendazole, dipasarkan sebagai Albenza, Eskazole, dan Zentel, adalah anggota dari benzimidazole senyawa digunakan sebagai obat yang diindikasikan untuk pengobatan berbagai infestasi cacing. Meskipun penggunaan ini tersebar luas di Amerika Serikat, US Food and Drug Administration (FDA) belum disetujui Albendazole untuk indikasi ini. Hal ini dipasarkan oleh GlaxoSmithKline.
Cara kerja dari Albendazol:
Sebagai vermicidal, Albendazole degeneratif menyebabkan perubahan dalam usus tegument dan sel-sel dari worm dengan cara mengikat ke colchicine-situs sensitif tubulin, sehingga menghambat para polimerisasi atau perakitan ke dalam mikrotubulus. Hilangnya mikrotubulus sitoplasma menyebabkan gangguan pengambilan glukosa oleh larva dan dewasa tahap rentan parasit, dan menguras toko glikogen mereka. Degeneratif perubahan dalam retikulum endoplasma, mitokondria dari lapisan germinal, dan kemudian pelepasan lisosom mengakibatkan penurunan produksi adenosin trifosfat (ATP), yang merupakan energi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup cacing. Karena produksi energi berkurang, parasit ini bisa bergerak dan akhirnya mati.
Albendazole juga telah terbukti dapat menghambat enzim Fumarat reduktase, yang adalah cacing-spesifik. Tindakan ini dapat dianggap sekunder untuk efek pada mikrotubulus karena penurunan penyerapan glukosa. Tindakan ini terjadi di hadapan mengurangi jumlah nikotinamida-adenin dinukleotida dalam bentuk pengurangan (NADH), yang merupakan koenzim selular terlibat dalam banyak reaksi oksidasi-reduksi.
Albendazole memiliki efek larvicidal di necatoriasis dan efek ovicidal Askariasis, ancylostomiasis, dan trichuriasis
Makasih,infonya brguna bgt bwt tugas gw
BalasHapusSama-sama semoga sukses :) sumbernya di Buku parasitologi kedokteran ada.
BalasHapusmakasih ya infonya, bermanfaat sekali. Ohya kalau bisa kasih sumber juga ya, misalnya buku apa. :)
BalasHapusOke, terima kasih atas masukannya
Hapus