20 April 2010

Mana yang Lebih Tinggi Suhu Ketiak atau Suhu Mulut?


Fenfen (OP) sedang mengukur suhu tubuh melalui mulut


Bila kita lihat di rumah sakit atau di tv begitu banyak cara pengukuran suhu ada yang melalui mulut, ketiak bahkan anus. Pernyataannya sekarang apakah hasil pengukuran yang diberikan sama atau tidak, oleh sebab itu tadi siang tanggal 20 April 2010 bertempat di Lab. Farmaologi, kami mahasiswa Farmasi Reguler 2009 UI mengedakan percobaan anataomi fisiologi manusia mengenai suhu badan.


Cici sampai ketiduran hihi...

Mengapa perlu pemeriksaan suhu badan? Pemakaian energi oleh tubuh menghasilkan panas, yang penting dalam pengaturan suhu. Manusia biasanya tinggal di lingkungan eksternal yang lebih dingin daripada suhu tubuh mereka, sehingga manusia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuh mereka. Mereka juga harus memiliki mekanisme untuk mendinginkan tubuh apabila tubuh memperoleh terlalu banyak panas dari aktivitas otot rangka atau dari lingkungan eksternal yang panas. Suhu tubuh harus diatur karena kecepatan reaksi kimia sel bergantung pada suhu dan panas yang berlebihan akan merusak protein sel.





(kiri) Termometer klinik (kanan) Termometer digital (infra red)

Untuk mencegah malfungsi sel yang serius ini, suhu inti (pencerminan kandungan panas total tubuh) harus dipertahankan konstan sekitar 37,8°C dengan secara terus menerus menyeimbangkan penambahan dan pengurangan panas yang kondisinya tergantung pada suhu lingkungan dan produksi panas internal yang berubah-ubah. Kesimbangan termoregulatorik ini diatur oleh hipotalamus. Sedangkan pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan berlangsung melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.

Pemeriksaan suhu terbagi 2; suhu inti dan suhu permukaan (Bu Santi), suhu permukaan diukur melalui kulit dan suhu inti diukur melalui lubang telinga (menggunakan alat dengan konsep infra red), mulut (di bawah lidah) dan di anus.Setelah melalui percobaan pengukuran ketiak selama 10 menit, angka pada termometer klinik lebih rendah sekitar 0,5 derajat celcius. Hal tersebut dikarenakan kelembapan di daerah ketiak lebih tinggi sehingga menurunkan suhu tubuh inti.


Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya suhu badan:


1. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.



2. Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormone pertumbuhan

Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

4. Hormone tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

5. Hormone kelamin

Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

6. Demam ( peradangan )

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

7. Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

8. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

9. Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

10. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.


Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar